apituley_etok Translate

Cari Blog Ini

apituley_etok song

Kamis, 29 November 2012

Jenis-Jenis Smas Pada permainan Bolavoli

JENIS-JENIS SMASH
PADA PERMAINAN BOLAVOLI









1.     Open
Pemukul melakukan gerak awalan setelah bola lepas dari tangan pengumpan, bola dipukul dipuncak loncatan dan jangkauan lengan yang tertinggi.
2.     Semi
Setelah bola lepas dipasing kearah pengumpan, pemukul harus mulai bergerak perlahan kedepan dengan langkah tetap menuju kearah pengumpan. Begitu pengumpan menyajikan bola dengan ketinggian 1m  ditepi atas net maka secepatnya pemukul meloncat ke atas dan memukul bola. Disini kecepatan gerak harus lebih cepat dari pada smash dengan bola Open
3.     Quick
Begitu melihat bola pasing ke pengumpan, maka pemukul melakukan awalan secepat mungkin, dengan langkah yang panjang. Timing meloncat sebelum bola diumpan dengan jarak satu jangkauan lengan pemukul dengan bola yang akan diumpan. Pemukul melayang dengan tangan siap memukul, pengumpan menyajikan bola tepat didepan tangan pemukul. Lakukan pukulan dengan secepat²nya, gerakan pergelangan tangan yang cepat sangat baik hasilnya. Loncatan smasher vertikal, jagalah keseimbangan badan pada saat melayang.
4.     Straight
Smasher sebelum melakukan gerakan awalan, terlebih dahulu bergerak kearah luar lapangan mendekati tiang net, smasher melakukan awalan bergerak arah paralel  dengan jaring. Begitu bola sampai dibatas tepi jaring dengan ketinggian optimal bola, segeralah melompat dan langsung memukul secepatnya. Proses menjalankan teknik ini lebih cepat dibandingkan smash dengan bola semi.
5.     Drive
Smash ini biasanya digunakan oleh pemain untuk bola jauh dari net, saat meloncat smasher agak dekat dibawah bola, berbeda dengan saat meloncat pada smash normal. Bola yang akan di smash terletak diatas kanan bahu lengan pemukul. Gerak lecutan tangan dari depan atas badan diputarkan kearah yang berlawanan dengan arah jarum jam, telapak tangan membentuk cekungan seperti sendok. Cambukan keras, perkenaan bola dibagian belakang kearah bagian muka dengan telapak tangan, aktifkan gerakan pergelangan tangan . Gerakan cambukan harus dibantu oleh otot² perut, samping dan bahu. Akibat cambukan kurve jalan bola akan panjang dan putaran bola menjauhi net, bola bergerak dengan cepat dan tajam.
6.     Dummy
Pemain melakukan gerakan sama dengan pada waktu hendak melakukan smash, tetapi pada waktu kontak dengan bola, bola tidak dipukul melainkan disentuh saja dengan jari tangan. Lengan pemukul tetap bergerak dan dengan gerakan jari pemukul mengarahkan bola ketempat yang tidak terjaga ditempat lawan. Bola dapat dilambungkan pendek atau panjang tergantung pada situasi.
7.     Bola 3 meter
Smash ini adalah serangan yang dilakukan dari belakang garis serang, pemukul yang berfungsi sebagai pemain belakang pada saat tolakan tidak boleh menginjak atau melewati garis serang, tetapi pada saat mendarat boleh saja jatuh didalam garis serang.
8.     Kijang
Biasanya umpan bola back, pemukul melakukan langkah panjang dan naik dengan tolakan loncatan menggunakan satu kaki, pemukul tangan kanan menolak dengan kaki kiri.
9.     Double Step
Smash dengan menggunakan gerak tipu, disini pemukul melakukan dua kali gerakan untuk melakukan tolakan meloncat. Tolakan pertama hanya berupa tipuan untuk mengecoh block, baru pada tolakan kedua pemukul meloncat dan melakukan serangan.
10. Step L
Smash ini hampir sama dengan smash normal, tetapi gerakan awalan berbeda. Pemukul melangkah kedepan, kemudian melakukan langkah kesamping sebelum tolakan, baru kemudian melompat naik untuk melakukan serangan.


                                                                                                

alat pengukur kecepatan smash

http://www.beritaunik.net/olahraga/alat-pengukur-kecepatan-smash-bulutangkis.html

Selasa, 27 November 2012

Antropometri Atlet Bolavoli Putri Kota Ambon oleh Vicktor H R Apituley


Pengukuran Antropometri Atlet















Jenis pengukuran di bawah ini dimasukan sebagai petunjuk bagian antropometris yang mungkin memerlukan pengukuran terhadap grup spesific, yaitu atlet. Sebagai contoh, jangkauan lengan telah menjadi pengukuran yang rutin untuk perenang atau pemain voli pada institusi-institusi olahraga. Lebar bideltoid dan bitrokanterik berguna sebagai predictor permukaan area frontal yang diproyeksikan dalam olahraga, seperti bersepeda, berlari dan skating.



1. Rentang lengan (span)
Merupakan pengukuran jarak antara dactylia tangan kanan dan kiri saat berdiri menempel pada dinding. Untuk mencegah kesalahan potensial karena dada yang besar, subjek berdiri dengan punggung menempel pada dinding. Untuk mencegah kesalahan potensial karena dada yang basar, subjek berdiri dengan punggung menempel pada dinding. Lengan yang direntangkan harus berada pada posisi horizontal sering berguna untuk menggunkan pojok ruangan sebagai salah satu ujung pengukuran sehingga hanya perlu satu tanda pada dinding/papan. Pitameter antropometri digunakan untuk mengukur jangkauan lengan.

2. Lebar bideltoid
Merupakan jarak antara aspek paling lateral otot deltoid dan diukur menggunakan caliper geser besar. Subjek berdiri relaksasi dengan lengan menggantung di samping dan telapak tangan menempel pada paha. Tekanan minimal (pastikan tidak lekukan kulit) dilakukan pada situs yang diukur bilah antropometer harus bersudut mengarah agak keatas.

3. Lebar bitrokanterik

Merupakan jarak antara aspek paling lateral trokanteria, pada ketinggian yang tidak sama dan titik trokanterion yang telah ditentukan sebelumnya. Antropometris harus berdiri di depan subjek dan bilah antropometer harus bersudut mengarah agak keatas. 



Makin tua seseorang makin tidak lentur, makin rigid. Lebih banyak injury pada orangtua. Bagi yang sering Olag Raga, tidak mudah deg-degan (detak jantung istirahat rata-rata 60 permenit)
Selain duduk tegak, ada gerakan yang melenturkan persendian, otot. Pada orang tua lebih banyak injury( tidak lentur lagi).Otot jika tidak dipakai, menjadi kaku. Olahraga ada yang untuk test kekuatan (lari, mendeteksi kebugaran jantung dan paru-paru). 
Duduk hampir sama dengan tidur kalori yang dibakar.
Metabolic syndrom, dari antropometri tampak dari meuju poenyakit jantung koroner dan DDM tipe 2. Lemak di visceral lebih dekat denga liver.Jika terlalu banyak lemak disana , maka liver tidak dapat bekerja dengan maksimal. (westernline).
Alat yang bagus, maka kalibratornya juga dikirimkan.




tx for: Maya, Natal, Tasya, Ivon, Sin...

KINESIOLOGI PANAHAN (Daya Tahan Kekuatan dan Gerak Kinestetik dalam Ketrampilan Memanah Pada Olahraga Panahan)


Daya Tahan Kekuatan dan Gerak Kinestetik dalam Ketrampilan Memanah Pada Olahraga Panahan

oleh
Vicktor H. R Apituley

Panahan adalah olahraga ketepatan sasaran, karena tujuan akhir dari memanah adalah menembak anak panah kepermukaan sasaran (target face) setepat mungkin, sehinggga salah satu faktor dasar yang diperlukan dalam gerakan memanah adalah keajegan (consistency) yang harus dilakukan secara terus menerus selama latihan dan selama berlangsungnya kompetisi. Selain keajegan, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam memanah, dua faktor diantaranya adalah kondisi fisik dan kemampuan gerak.
Dilihat dari karakteristiknya olahraga panahan adalah melepaskan panah melalui lintasan tertentu menuju sasaran pada jarak tertentu. Apabila diperbandingkan dengan olahraga yang memerlukan gerak yang statis atau suatu keterampilan tertutup lainnya seperti cabang olahraga menembak. Perbedaan panahan dengan menembak terletak pada jenis kekuatan dorongannya. Pada menembak, kekuatan dorongan diperoleh dari ledakan alat itu sendiri, sedangkan pada panahan kekuatan dorongan sangat tergantung pada energi atau tenaga yang timbul karena tarikan atau rentangan pemanah terhadap busur, dimana energi yang diperoleh dari rentangan diubah menjadi daya dorong pada waktu anak panah dilepaskan. Oleh karena itu penggunaan alat tersebut memerlukan kekuatan dan daya tahan otot-otot tertentu terutama untuk menarik busur.

1.         Daya Tahan-Kekuatan
Daya tahan (endurance) suatu kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang lama (Harsono, 1986). Hairy (1989) mengemukakan daya tahan otot sebagai kemampuan sekumpulan otot dalam mempertahankan suatu usaha dalam waktu yang lama tanpa mengurangi unjuk kerja. Pate dkk. Mengistilahkan dengan ketahanan otot yaitu kemampuan melakukan kontraksi isotonik atau isokenetik berulangkali atau mempertahankan kontraksi isometrik terhadap beban yang nyata (1993). Lebih jauh Dick dkk menyatakan bahwa daya tahan otot, yang diistilahkan dengan strength endurance, adalah kemampuan seluruh organisme tubuh untuk mengatasi lelah pada waktu melakukan aktivitas yang menuntut strength dalam waktu yang lama (Harsono, 1986). Selanjutnya Hatfield menjelaskan bahwa daya tahan kekuatan otot akan lelah dengan cepat ketika tekanan maximum diberikan. Kemampuan untuk menggunakan kekuatan otot maksimum dari waktu ke waktu tanpa kehilangan banyak kekuatan tergantung pada daya tahan kardiovascular dan daya tahan otot setempat. Namun demikian, tekanan diberikan pada pasokan energi dan kekuatan di dalam sel otot.
Kekuatan (strength) adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Harsono, 1986). Badriah (2001) mengemukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan kontraksi secara maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Menurut Sadoso Sumosardjuno (1997) kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal, untuk mengangkat beban. Secara mekanis kekuatan otot ini didefinisikan sebagai gaya (force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau Sekelompok otot dalam kontraksi maksimal, sehingga latihan untuk meningkatkan kekuatan otot harus bersifat menyeluruh dan melibatkan alat gerak pasif maupun aktif. Kekuatan otot ini merupakan komponen yang penting bagi seseorang, karena kekuatan otot merupakan daya dukung gerakan dalam melakukan aktivitas kerja, sehingga dimerlukan latihan kekuatan otot secara teratur.
 Pengertian dari keduanya apabila ditelusuri sangat diperlukan untuk aktivitas olahraga. Seorang spiker pemain bola voli membutuhkan daya tahan melompat berulang-ulang dan kekuatan melakukan smash berulang-ulang, demikian pula cabang olahraga tinju, gulat, judo dan sebagainya. Sering pula dalam pertandingannya tidak hanya dilakukan dua kali, akan tetapi beberapa kali, semuanya membutuhkan dayatahan dan kekuatan. Sehingga dapat disimpulkan kombinasi daya tahan otot dan kekuatan otot (muscle strengthendurance) sangat dominan bagi cabang olahraga tidak terkecuali pada cabang olahraga panahan (pemanah).
Kemampuan fisik panahan pada dasarnya adalah suatu aktivitas yang memerlukan tenaga yang memadai untuk ditransfer dari busur ke panah agar supaya dapat menggerakkan panah ke sasaran yang dituju. Komponen fisik penting cabang olahraga panahan salah satunya adalah kekuatan. Furqon dan Doewes mengemukakan bahwa kualitas kekuatan yang dibutuhkan dalam olahraga panahan adalah pengerahan unsur kekuatan terhadap suatu peralatan. Adapun peralatan yang dimaksud adalah busur beserta perangkatnya. Adapun jenis kekuatan yang dibutuhkan adalah dayatahan kekuatan (strength endurance). Selanjutnya dijelaskan bahwa olahraga panahan memerlukan pengembangan koordinasi kekuatan, walaupun tidak memerlukan kekuatan maksimal. Koordinasi ini harus dikembangkan dengan gerakan yg tepat, mudah dan cepat. Harsono (1986) secara lebih lanjut menyatakan bahwa dalam cabang olahraga panahan, seringkali otot harus bekerja untuk waktu yang lama, sehingga otot-otot yang kuat akhirnya harus dikembangkan agar menjadi otot yang kuat dan mempunyai daya tahan.
Daya tahan dan kekuatan merupakan bagian dari beberapa komponen kondisi fisik yang harus dikembangkan dalam program latihan, dan pengertian dari dua dasar kata tersebut berbeda. Dick, dkk yang dikutip oleh Harsono (1986) menyatakan bahwa daya tahan otot, yang diistilahkan dengan strength endurance, adalah kemampuan seluruh organisme tubuh untuk mengatasi lelah pada waktu melakukan aktivitas yang menuntut strength dalam waktu yang lama. Selanjutnya Hatfield menjelaskan bahwa daya tahan kekuatan otot akan lelah dengan cepat ketika tekanan-tekanan maksimum diberikan. Kemampuan untuk menggunakan kekuatan otot maximum dari waktu ke waktu tanpa kehilangan banyak kekuatan tergantung pada daya tahan kardiovascular dan daya tahan otot setempat. Namun demikian, tekanan diberikan pada pasokan energi dan kekuatan di dalam sel otot.
2.      Gerak Kinestetik
Rangkaian keterampilan memanah yang melibatkaan beberapa jenis gerak, menuntut kualitas pengerahan tenaga yang efisien, maka diperlukan suatu koordinasi kerja antara kelompok otot-otot yang terlibat dalam gerak tersebut. Koordinasi pada keterampilan memanah erat kaitannya dengan komponen fisik, berupa: kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas, yang terkait erat dalam penyempurnaan teknik. Kualitas koordinasi gerak dalam memanah tercermin dari kemampuan untuk melakukan gerak secara mulus, tepat dan efisien. Koordinasi keterampilan gerak dalam memanah merupakan cerminan dari gerak kinestetik, berupa pengusaan gerak memanah secara keseluruhan. Untuk dapat melakukan koordinasi gerak memanah dengan baik, maka diperlukan kesadaran akan rencana gerak dan proses gerak yang sedang dilakukan. Menurut Barrow dan Rosemary (1979), kinestetik adalah perasaan gerak yang memberikan kesadaran akan posisi tubuh atau bagian-bagian tubuh pada waktu, sehingga gerak tubuh dapat terkontrol dengan akurat. Rasa kinestetik (kinesthetic sens) adalah pengetahuan tentang posisi tubuh dalam ruang untuk memenuhi atau merasakan suatu gerakan. Sage menyatakan bahwa kinestetik adalah kemampuan pengasaan gerak tubuh yang melibatkan proses pengolahan informasi, bermula dari stimulus pada otot tendon dan sendi, kemudian disalurkan melalui jaringan syaraf ke otak dan kemudian direspon dengan tepat (Sage, 1977).
Sedangkan Oxendine (1984) menyatakan bahwa kinestetik dipengaruhi oleh empat factor yaitu: (1) posisi tubuh atau anggota tubuh, anggota tubuh bagian atas mempunyai derajat kinestetik tinggi dibandingkan anggota badan bagian bawah, (2) pengalaman, gerak yang relatif lebih besar kemungkinannya untuk dapat dilakukan dengan tepat, (3) keseimbangan, merupakan faktor penting pada saat melakukan gerakan; tubuh yang stabil mempunyai tingkat kinestetik yang lebih baik dibandingkan pada saat tubuh dalam keadaan labil, dan (4) oreiantasi ruang, yaitu kemampuan dalam mempersepsikan pola gerak yang akan dilakukan. Pendapat lain menyatakan bahwa olahraga panahan adalah olahraga yang memerlukan : (1) koordinasi gerak visual (ketepatan); (2) rasa gerak (feeling/sense of kinesthetics); (3) kekuatan lengan (daya tahan kekuatan); (4) panjang tarikan; (5) konsentrasi; dan (6) keseimbangan emosi.
Dengan memiliki kemampuan rasa gerak (kinestetik) seseorang bisa membedakan rasanya gerakan yang benar dan rasanya gerakan yang salah sehingga ia bisa berusaha selalu melakukan gerakan yang benar dan menghindari untuk tidakmelakukan gerakan yang salah dalam berolahraga (Depdikbud, 1999/2000). Menyimak dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan gerak kinestetik dalam peneulisan ini adalah kemampuan seseorang untuk membedakan perasaan gerak yang benar dan yang salah sehingga ia dapat berusaha selalu melakukan gerakan yang benar dan menghindari untuk tidak melakukan gerakan yang salah dalam panahan.
Ditinjau dari segi penggunaan sistem energi, dapat dikatakan bahwa olahraga panahan murni menggunakan oksigen. Bompa (1990) mengemukakan bahwa kekuatan sistem energi olahraga adalah: (1) ATP-PC sebesar 0% (2) LA sebesar 0%, dan (3) 02 sebesar 100%. Pate, Rotella, McClenaghan dalam terjemahan Dwijowinoto (1993) mengemukakan bahwa olahraga panahan memerlukan kapasitas aerobik maksimal untuk putera sebesar 58 mL/kg.BB./menit dan untuk puteri sebesar 40 mL/kg.BB./menit.
Olahraga panahan merupakan kombinasi dan berbeda di antara keterampilan gerak halus dan kasar. Keterampilan gerak halus adalah gerakan yang melibatkan otot-otot kecil, terutama jari-jari, dan lengan bawah serta seringkali melibatkan koordinasi antara mata dan tangan, sedangkan keterampilan gerak kasar adalah gerakan yang melibatkan atau mengunakan otot-otot besar. Hal ini tampak pada saat menarik dan memanah busur diperlukan keterampilan gerak kasar, tetapi membidik dan pelepasan panah termasuk keterampilan gerak halus yang memerlukan koordinasi mata-tangan. Aktivitas ini pada dasarnya memerlukan suatu rangkaian yang diawali dari keterampilan gerak kasar kemudian berlanjut ke keterampilan gerak halus. Seidel, at al (1975) mengemukakan bahwa panahan adalah suatu aktivitas yang memerlukan tenaga yang memadai untuk ditransfer dari busur ke panah supaya menggerakkan panah ke sasaran yang dituju. Jika busur direntang, maka akan menghasilkan potensi energi. Pada saat pelepasan potensi energi diubah menjadi energi kinetik, maka energi diberikan ke panah. .
Kegagalan dalam memberikan tenaga yang memadahi ke panah akan menghasilkan tembakan yang lemah dan panah tidak dapat melaju sampai jauh. Busur adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk membantu memberikan tenaga pada panah. Kerja otot adalah melenturkan busur. Menekuknya busur tersebut disebabkan oleh tarikan tangan penarik busur. Pada saat tali busur dilepas dari posisi tekukannya, maka tenaga diberikan pada panah. Tenaga yang memadai harus ditransfer dari busur ke panah untuk menggerakan panah mencapai sasaran yang diinginkan. Tenaga tersebut diarahkan melalui aktivitas-aktivitas dalam serangkaian penembakan yang dilakukan oleh pemanah. Dari sudut biomekanis, olahraga panahan adalah mempertahankan sikap yang memerlukan kekuatan otot pada waktu menarik, membidik dan melepaskan panah, ditambah dengan perhitungan arah bagi jalannya panah, setepat mungkin.
Berdasarkan sikap seperti itu, maka panahan termasuk dalam bentuk kelompok keterampilan yang memerlukan otot-otot untuk sikap memanah dan  mengarahkan panahnya ke sasaran. Pada saat tarikan dilakukan oleh lengan penarik busur (kontraksi isotonis/dinamis), maka lengan pemegang busur harus dijaga atau harus dipertahankan untuk mengatasi kekuatan tarikan. Pada saat tarikan penuh, maka lengan yang memegang busur harus benar-benar bertahan/terkunci pada tempatnya (kontraksi isometris/statis). Ini akan memungkinkan lengan yang memegang busur menyerap tenaga atau reaksi dari busur pada saat panah meninggalkan tali busur. Secara kinesiologis, khususnya menganalisis otot-otot utama dari tubuh bagian atas yang terlibat dalam memanah. Furqon dan Doewes (2000) mengutip pendapat dari Consumer Guidemengemukakan bahwa otot-otot utama yang perlu dikembangkan dalam olahraga panahan adalah otot-otot leher, bahu, bicep, triceps, lengan bawah, pergelangan tangan, perut dan otot-otot togok.
Perlu diketahui bahwa otot-otot lengan yang bekerja dalam olahraga panahan terdiri dari tiga bagian yaitu otot lengan bagian atas, otot lengan bagian bawah dan otot–otot tangan. Sedangkan otot-otot yang bekerja dominan adalah otot lengan seperti otot tricep brachii,deltoids dan otot bicep brachii. Otot-otot yang disebutkan, diperkuat oleh Hardianto Wibowo di dalam bukunya seperti dijelaskan sebagai berikut.
A. Otot lengan bagian atas
1. otot-otot ventralis disebut otot bagian atas (fleksi), 2. otot-otot dorsalis atau kedang (ekstensi)
a. m. Deltoids, b. m. bicep brachii, c. m. tricep brachii
B. Otot lengan bagian bawah
a. Otot-otot ventralis, b. Otot-otot radialis, c. Otot-otot Dorsalis
C. Otot tangan 
1. Otot-otot tenar/ ibu jari/ bagian Lateral
a. M. abduktor pollisis bervis, b. M. opponeus pollisis, c. M. flexor pollisis, d. M. abduktor pillisis
2. Otot-otot hipotenar/ kelingking/ bagian medial
a. m. palmoris brevis, b. m. abductor digiti quinti, c. m. flexor digiti quinti, d. m. opponeus digiti quinti
3. Otot-otot bagaian dalam lengan/ bagian tengah
a. m. Lumbrikales, b. m. interossesi dorsalis, c. m. interossesi volaris 
Achmad Damiri, Anatomi Manusia(1994)
Ketepatan termasuk bagian dari komponen fisik koordinasi khusus (Specific coordination). Bompa (1990) mengemukakan bahwa koordinasi khusus menggambarkan kemampuan seorang untuk melakukan berbagai gerakan dalam olahraga tertentu dengan cepat, tetapi juga dilakukan dengan mudah, mulus dan tepat. Dengan demikian koordinasi khusus berkaitan erat dengan kekhususan keterampilan gerak, dan memperlengkapi atlet dengan kemampuan tambahan agar dapat melakukannya dengan efisiensi dalam latihan dan kompetisi. Koordinasi khusus juga memasukkan pengembangan koordinasi yang dikombinasikan dengan kemampuan yang lain, berdasarkan karakteristik cabang olahraga yang dibina. Olahraga panahan memerlukan pengembangan koordinasi kekuatan walaupun tidak memerlukan kekuatan maksimal. Koordinasi ini harus dikembangkan dengan gerakan yang tepat, mudah dan cepat.
Keterampilan merupakan bagian dari keterampilan (skill) gerak. Singer (1980) mengemukakan bahwa “keterampilan = kecepatan x ketepatan x bentuk x kemampuan beradaptasi”. Ketepatan gerak diperlukan dalam menentukan bagaimana aktivitas gerak dilakukan dengan berhasil. Keberhasilan ini juga ditentukan oleh produktivitas gerak yang dilakukan. Produktivitas gerak berkaitan erat dengan konsistensi kinerja. Pemanah yang berhasil adalah pemanah yang mempunyai kinerja dan berhasil yang konsisten. Jika pemanah menggunakan teknik yang benar, ia harus mampu mengulangi tindakannya dengan tepat dalam tiap melakukan tembakan. Adanya sedikit penyimpangan yang berarti dalam penempatan panah di sasaran. Ketepatan diukur dalam kaitannya dengan penempatan panah di sasaran dan sistem pencataan nilai. Perbedaan diantara keajekan dan ketidakajekan tampak pada penempatan panah di sasaran dan nilai yang diperoleh. Pemanah yang konsisten menembakkan sejumlah panahnya disasaran paling berdekatan, sebaiknya pemanah yang tidak konsisten menembakkan sekelompok panahnya di sasaran dalam posisis yang menyebar. Perolehan nilai mulai meningkat dan makin memperlihatkan keterampilan menembak, karena disertai meningkatnya konsistensi.


BAB II
PENUTUP

1.      Simpulan
Dilihat dari karakteristiknya olahraga panahan adalah melepaskan panah melalui lintasan tertentu menuju sasaran pada jarak tertentu. Dalam olahraga panahan atau olahraga lainnya, atlet sangat dituntut untuk menampilkan penampilan terbaiknya. Nampaknya ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi atlet yang tidak terlatih, bahkan atlet terlatih pun seringkali mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal ini, bisa dibantu dengan memahami kinesiologi.
Kemampuan fisik panahan pada dasarnya adalah suatu aktivitas yang memerlukan tenaga yang memadai untuk ditransfer dari busur ke panah agar supaya dapat menggerakkan panah ke sasaran yang dituju.
Kualitas kekuatan yang dibutuhkan dalam olahraga panahan adalah pengerahan unsur kekuatan terhadap suatu peralatan. Adapun peralatan yang dimaksud adalah busur beserta perangkatnya. Adapun jenis kekuatan yang dibutuhkan adalah dayatahan kekuatan (strength endurance). Selanjutnya dijelaskan bahwa olahraga panahan memerlukan pengembangan koordinasi kekuatan, walaupun tidak memerlukan kekuatan maksimal. Koordinasi ini harus dikembangkan dengan gerakan yg tepat, mudah dan cepat. secara lebih lanjut menyatakan bahwa dalam cabang olahraga panahan, seringkali otot harus bekerja untuk waktu yang lama, sehingga otot-otot yang kuat akhirnya harus dikembangkan agar menjadi otot yang kuat dan mempunyai daya tahan.
Kinestetik adalah perasaan gerak yang memberikan kesadaran akan posisi tubuh atau bagian-bagian tubuh pada waktu, sehingga gerak tubuh dapat terkontrol dengan akurat. Kinestetik dipengaruhi oleh empat factor yaitu: (1) posisi tubuh atau anggota tubuh, anggota tubuh bagian atas mempunyai derajat kinestetik tinggi dibandingkan anggota badan bagian bawah, (2) pengalaman, gerak yang relatif lebih besar kemungkinannya untuk dapat dilakukan dengan tepat, (3) keseimbangan, merupakan faktor penting pada saat melakukan gerakan; tubuh yang stabil mempunyai tingkat kinestetik yang lebih baik dibandingkan pada saat tubuh dalam keadaan labil, dan (4) oreiantasi ruang, yaitu kemampuan dalam mempersepsikan pola gerak yang akan dilakukan.
Berdasarkan sikap seperti itu, maka panahan termasuk dalam bentuk kelompok keterampilan yang memerlukan otot-otot untuk sikap memanah dan  mengarahkan panahnya ke sasaran. Pada saat tarikan dilakukan oleh lengan penarik busur (kontraksi isotonis/dinamis), maka lengan pemegang busur harus dijaga atau harus dipertahankan untuk mengatasi kekuatan tarikan. Pada saat tarikan penuh, maka lengan yang memegang busur harus benar-benar bertahan/terkunci pada tempatnya (kontraksi isometris/statis). Ini akan memungkinkan lengan yang memegang busur menyerap tenaga atau reaksi dari busur pada saat panah meninggalkan tali busur. Secara kinesiologis, khususnya menganalisis otot-otot utama dari tubuh bagian atas yang terlibat dalam memanah. Furqon dan mengutip pendapat dari Consumer Guidemen mgemukakan bahwa secara kinesiologi otot-otot utama yang perlu dikembangkan dalam olahraga panahan adalah otot-otot leher, bahu, bicep, triceps, lengan bawah, pergelangan tangan, perut dan otot-otot togok.
Seorang pemanah dikatakan baik jika ia memiliki konsistensi memanah yang baik serta kondisi fisik yang prima, jika ia memiliki daya tahan serta kekuatan otot yang dipergunakan langsung dalam memanah.  Secara keseluruhan daya tahan kekuatan merupakan suatu reaksi dari otot untuk melawan bebanatau kelelahan selama penampilan berlangsung. Kualitas daya tahan kekuatan tersusun dari dua faktor yaitu   kekuatan dan daya tahan. Kukuatan dan daya tahan otot dalam olahraga panahan sangat penting untuk menarik busur berulang-ulangdalam waktu yang relatif lama serata gerak kinestetik berhubungan dengan konsistensi seseorang dalam mempertahankan sikap tubuh dalam memanah
2.      Saran
Setelah mempelajari lebih dalam tentang makalah ini maka seluruh insan olahraga mulai dari kalangan akademisi, atlet, pelatih, dan pengurus cabang olahraga mau lebih giat lagi belajar mengenai ilmu kinesiologi agar perkembangan ilmu keolahragaan di Indonesia bisa sejalan dengan perkembangan IPTEK sehingga nantinya diharapkan prestasi olahraga Indonesia bisa meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, S. 2007. Anatomi Dasar dan Kinesiologi. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya
Komarudin, 2012, Potensi Cidra Pada Olahraga Panahan Dan Upaya Penangulangannya. Universitas pendidikan Indonesia
Nasrulloh A. 2002 Pengaruh Latihan Circuit Weihgt Training Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot. Universitas Negeri Yogyakarta.
Purnomo. A., Tanpa Tahun. Ketrampilan Memanah.
(www.ketrampilanmemanah.com)
Wen, 2010. Analisis biomekanika teknik Release Pada Cabang Olahraga Panahan. (http://wengayo.blogspot.com/2010/06/analisis-biomekanik-teknik-release-  pada.html).




Selasa, 20 November 2012

VICKTOR R.H. APITULEY, S.Pd. Hubungan Antara Power Otot Tungkai dan Kelentukan Pergelangan Tangan Dengan Ketepatan Smash Atlet Clob Bolavoli Sport sains club (SSC) Penjaskesrek Universitas Pattimura Ambon. Ambon 2012.





Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara power otot tungkai dan kelentukan pergelangan tangan dengan ketepatan smash atlet club bolavoli SSC Penjaskesrek.
      Pembangunan olahraga pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga. Pembangunan olahraga seharusnya di lakukan dengan terlebih mempelajari dahulu kondisi serta karakteristik masyarakat dan lingkungan masyarakat yang akan menjadi sarana dan target pembangunan untuk itu perlu di kembangkan usaha-usaha untuk lebih memasyarakatkan olahraga baik melalui jalur pendidikan formal maupun melalui pembinaan masyarakat karena menurut Sandoso (1994) berpendapat bahwa olahraga dpat meingkatkan kesegaran jasmani menimbulakan kegembiraan serta kesenagan. Dengan demikian olahraga dapat membentuk manusia yang sehat jasmani maupun rohani.
        Pelaksanan proses pembinaan yang dilakukan pada Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (PBVSI) Kota Ambon yang dipusatkan pada pembinaan club-club olahraga khususnya cabang olahraga bolavoli tentunya perlu dikondisikan dengan sistim pembinaan yang strategi, agar dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian prestasi yang tinggi. Pembinaan yang di lakukan oleh para pelatih selama ini dipandang baik, namun dalam realitasnya masih terdapat kelemahan yaitu pelatih belum mampu mempresentasikan kemampuan dan keterampilan daripada para atlet yang akan dipasang atau ditempatkan dalam satu pertandingan. Analisis kemampuan pemain baik secara fisik, teknik dan mental sangat perlu dilakukan sebelumnya karena lewat analisis itu seorang pelatih bisa menempatkan atlet dalam posisi permainan itu secara tepat atau sekurang-kurang mampu memprediksikan tingkat pencapaian prestasi mereka dalam menghadapi kekuatan lawan tertentu dalam suatu pertandingan bolavoli. Upaya peningkatan prestasi dalam olahraga khususnya olahraga bolavoli tidak hanya berdasarkan pada minat yang tinggi saja, akan tetapi  perlu di tunjang dengan latihan yang teratur dan terprogram sesuai dengan perkembangan iptek.
Suharsono (1985) mengatakan smash adalah salasatu teknik dasar yang sangat memegang peranan penting dalam suatu permainan. Dalam permainan bolavoli smash adalah teknik dasar yang sangan dominan dan merupakan salah satu teknik yang menjangkau teknik dasar yang memuat ketrampilan gerak dalam permainan bolavoli. M. Yunus (1992) mendefinisikan  smash sebagi tindakan memukul bola dengan meloncat dan memukul bola melewati atas net sehingga bola masuk ke lapangan lawan.
Salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam kegiatan olahraga, baik sebagai unsur pendukung dalam suatu gerak tertentu maupun unsur utama dalam upaya pencapaian teknik gerak yang sempurna adalah daya ledak atau pawer. M. Soebroto (1979) bahwa tenaga ledak otot (power) adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosive. Dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Seperti yang diungkapkan Harsono (1988) bahwa dalam power atau daya ledak, selain unsur kekuatan terdapat unsur kecepatan. Pendapat lain yang menguatkan pendapat di atas adalah pendapat Sajoto yang mengatakan daya ledak atau power adalah suatu kekuatan yang dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan M. Sajoto (1988). Dengan demikian, jelas daya ledak merupakan satu komponen kondisi fisik yang dapat menentukan hasil prestasi seseorang dalam keterampilan gerak. Sedangkan besar kecilnya daya ledak dipengaruhi oleh otot yang melekat dan membungkus tungkai tersebut. Tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan pada tungkai disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagai alat gerak aktif dan tulang alat gerak pasif. Kekuatan otot tungkai merupakan salah satu unsur membentuk daya ledak otot tungkai, dalam peningkatan kekuatan untuk menghasilkan lompatan yang baik, diperlukan kualitas otot tungkai yang baik pula.
Daya ledak yang dimiliki seorang pemain dapat menentukan tingkat keterampilannya didalam olahraga. Khususnya olahraga bolavoli pada teknik smash, daya ledak terhadap otot tungkai ikut memberikan hubungan yang positif terhadap keberhasilan melakukan gerakan smash dalam upaya memberikan tekanan pada pihak lawan.
Temuan di lapangan yang lain adalah atlet yang lompatannya tinggi saat ia melakukan smash  dalam artian kemampuan eksplosive power otot tungkainya sangat baik melompat dan saat melayang di udara ketika memukul bola pergelangan tangannya tidak lentuk sehingga bola yang di hasilkan tidak maksimal malah jatuh di luar lapangan sehinga tidak mendapatkan poin.
M. Marianto (2001) berpendapat bahwa smash adalah suatu pukulan yang kuat dimana tangan kontak dengan bola secara penuh dengan bagian atas, sehingga jalan bola terjal dengan kecepatan yang tinggi berada di atas net, maka bola dapat dipukul tajam dan tepat ke bawah sehingga lawan sulit memainkannya kembali. Smash juga dapat di artikan sebagai pukulan bola dengan telapak tangan tebuka pada bagian tengah bola menghasilkan bola lebih cepat jatuh ke lantai. Itu berarti pada waktu melakukan smash gerakan tangan mempunyai peran dalam menghasilkan pukulan. Menurut suetomo (1981) dalam melakukan pukulan yang baik itu terdiri  tidak hanya gerakan ayunan lengan saja tetapi juga ikut aktifnya pergelangan tangan pada saat perkenaan bola. Gerakan tangan menurut Peni Mutalip (1983) adalah gerakan membengkokan kearah telapak tangan, kearah punggung tangan, membengkokan tangan kearah ibu jari tangan dan gerakan tangan ke jari kelingking. Gerakan-gerakan tersebut bertujuan untuk memasukan bola tepat pada daerah lawan sehingga lawan sulit memainkannya kembali. Dengan demikian pada teknik smash dilakukan dengan kekuatan melakukan lompatan secara eksplosive dengan melakukan tolakan kedua kaki disertai dengan ketepatan waktu (timing), serta power dari kaki tumpu saat melayang memukul bola berada pada titik tertinggi sehingga pergelangan tangan lentuk untuk penempatan bola ke daerah kosong maka teknik smash dikatakan berhasil. Dengan kata lain power tungkai dan kelentukan pergelangan tangan turut mempengaruh ketepatan smash yang di hasilkan ke daerah lawan sehingga lawan sulit memaikannya kembali. Keterkaitan variable tersebut ditetapkan atas dasar pemikiran bahwa atlet yang power otot tungkainaya baik  dan kelentukan pergelangan tangan yang baik pula dapat melompat dan menempatkan bola tepat pada daerah dimana lawan sulit memainkan bola.
Dengan demikian dalam permainan bolavoli perlu penguasaan teknik karena teknik adalah suatu poses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin ketika menyelesaikan tugas. Dalam mempertinggi kecakapan permainan bolavoli teknik ini erat sekali hubungannya dengan kemampuan gerak kondisi fisik, taktik dan mental. Penguasaan teknik dasar permaina bolavoli merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam satu pertandingan disamping unsur – unsur kondisi biomotorik, taktik dan mental. Peningkatan program latihan yang mengutamakan bentuk kondisi fisik yang menunjang teknik dasar permainan bolavoli terkhusus power otot tungkai sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan kemampuan smash pada permainan bolavoli.